Senin, 10 Desember 2012

Kastil Fantasi discussion

Kastil Fantasi presents...

The Interview

Enjoy! :D



Dewi Lestari yang kita kenal dengan nama pena “Dee” telah menerbitkan sejumlah karya yang mewarnai kesusastraan lokal dalam satu dekade terakhir.
Berakar dari kegiatan menulis untuk buletin sekolah dan membuat cerpen untuk dilombakan, Dee mengawali karier kepenulisannya dengan novel debut Supernova: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh pada tahun 2001. Karya yang fenomenal ini kemudian berkembang menjadi sebuah serial yang telah dicetak ulang sampai puluhan kali, bahkan diterbitkan dalam bahasa asing.



Supernova: Partikel, buku keempat serial Supernova, terbit pada bulan April tahun 2012 ini.
Buku yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka ini berkisah tentang kehidupan Zarah dan pencariannya, selain melanjutkan kisah Bodhi dan Elektra dalam keping terakhirnya.
Buku ini kembali menyajikan nuansa fiksi sains seperti yang pernah dipaparkan dalam buku pertama, meski dengan tema yang berbeda. Partikel juga mempertemukan pembaca kembali dengan elemen-elemen metafisika dan spiritualisme yang menghiasi keseluruhan serial Supernova.
Ada kekuatan semesta yang masih menjadi misteri bagi manusia. Pencarian Zarah, pada hakikatnya, menjadi pencarian kita pula.

Forum Kastil Fantasi berkesempatan mengadakan tanya-jawab eksklusif dengan Dee beberapa waktu lalu.
Selamat menyimak, KasFaners! ;)

======

KasFan (KF): Hai, Dee. Apa kabarnya? :)

Dee (D): Baik. Masih tengah menjalankan tur booksigning keliling Indonesia. :)

KF: Sebelum masuk ke pembicaraan utama tentang Partikel, baiklah kita kembali sejenak ke serial Supernova itu sendiri.
Kalau boleh tahu, sewaktu dulu pertama kali menulis serial ini, apa yang ada dalam bayangan Dee mengenainya?

D: Singkat kata, berbagi apa yang menjadi ketertarikan sekaligus penelusuran pribadi saya. Magnet utama saya dalam menulis adalah spiritualitas. Tema tentang pencarian jati diri dan kontemplasi akan makna kehidupan, keilahian, dan cinta, adalah sesuatu yang menarik buat saya. Dan saya ingin berbagi itu.

KF: Apakah ada ekspektasi tertentu saat itu?

D: Tidak ada ekspektasi saat kali pertama menerbitkan Supernova, sejujurnya saya menulis Supernova hanya untuk menghadiahi diri sendiri kado ulang tahun ke-25. Ada yang baca syukur, enggak juga nggak apa-apa.

KF: Michael, seorang pembaca dari Jakarta, menitipkan pertanyaan seperti ini: “Menurut Dee, genre serial Supernova ini apa?”

D: Tidak tahu. Bagi saya, fiksi atau sastra saja sudah cukup. Saya sendiri tidak terlalu sependapat jika Supernova disebut sci-fi. Benang merah serial Supernova bukan terletak pada sains-nya. Buktinya, di Akar dan Petir, hal tersebut hampir tidak muncul. Yang menjadi benang merah justru penelusuran spiritualnya. Tapi saya merasa, orang-orang menyebutnya sci-fi sebagai simplifikasi saja, atau pengamatan parsial berdasarkan beberapa episode Supernova saja.

KF: Sisi sci-fi Supernova memang kembali mencuat di novel keempat, Partikel, apalagi setelah ada sekelumit pembahasan mengenai unsur kisah yang berasal dari luar angkasa.
Nah, berkaitan dengan novel Partikel sendiri yang melanjutkan serial ini, apakah ada pesan khusus yang ingin disampaikan Dee? Pesan moral misalnya?

D: Saya bukan penulis yang suka dengan pesan moral. Saya tidak suka bacaan yang disisipi pesan-pesan moral. Saya suka bacaan yang membuat orang terusik, bertanya, mencari, merenung, dan bukan pasif menerima. Demikian juga ketika saya menulis Supernova, termasuk Partikel, saya tidak berniat memberikan pesan moral, melainkan mengungkapkan banyak pertanyaan tentang asal-usul manusia, relasi manusia dengan lingkungan, dan seterusnya. Bagaimana pembaca menyikapinya, menurut saya itu akan tergantung keingintahuan mereka sendiri, dan saya tidak punya kendali atasnya.

KF: Partikel menceritakan tentang tokoh Zarah yang mengalami berbagai peristiwa yang membawanya berpetualang ke berbagai pelosok dunia dalam pencariannya. Apakah Zarah adalah tokoh fiktif?

D: Iya.

KF: Karakter Zarah ini sendiri sepertinya berakhir dengan cukup mendua dalam hati pembaca karena ada yang menyukainya dan ada juga yang merasa risih dengan beberapa keputusan yang diambil oleh Zarah ya.
Bagaimana dengan Dee sendiri, siapa karakter terfavorit Dee di Supernova: Partikel?

D: Saya paling suka dengan Firas. Dia mewakili orang-orang yang terpinggirkan di masyarakat, yang karena kecerdasan dan rasa ingin tahunya, mengakibatkan ia menjadi sosok yang tidak konvensional, akibatnya ia terlihat begitu kontras dengan lingkungannya. Saya juga sangat menyukai Zachary Nolan, ia adalah sosok yang bisa menjadi sahabat saya di dunia nyata.

KF: Apakah ada adegan atau plot yang menjadi favorit Dee?

D: Adegan yang sangat meninggalkan kesan bagi saya adalah kelahiran Adek. Adegan itu sangat mencekam saya, dan itulah kali pertama saya meneteskan air mata dalam proses menulis Partikel.

KF: Sosok Adek dan Firas berkaitan erat dengan masa kecil Zarah di Batu Luhur, dan mau tidak mau semuanya sangat terpengaruh dengan keberadaan Bukit Jambul yang mistis. Bukit Jambul mungkin merupakan salah satu lokasi yang paling meninggalkan kesan dalam hati pembaca setelah membaca buku ini .... Apakah mungkin keberadaan Bukit Jambul terinspirasi setelah Dee menonton Tintin? xD

D: Sama sekali tidak. Dengar dari mana, ya?
Bukit Jambul secara fisik saya ambil dari sebuah bukit yang sering saya lewati di perjalanan Bandung-Jakarta. Di kilometer 90-an Tol Cipularang, ada sebuah bukit yang berbeda sendiri dari bukit-bukit sekitarnya. Pohonnya tua dan besar-besar. Saya sering mengamati dan penasaran, bagaimana bisa dia beda sendiri? Kenapa tidak dijadikan ladang seperti bukit sekitarnya? Lalu, saya menamainya dalam hati: Bukit Jambul. Itulah yang kemudian saya ambil. Sementara untuk fenomena Bukit Jambul di dalam Partikel itu sih murni imajinasi, saya ciptakan untuk kebutuhan plot.

KF: Aah, rupanya tidak ada hubungannya. :D
Beralih ke gaya bahasa yang dipakai Dee, sepertinya ada semacam kekecewaan dari sejumlah penggemar serial Supernova yang menunggu-nunggu kembalinya gaya narasi yang khas Dee di buku pertama, meskipun tidak dapat dipungkiri kalau ada juga yang menyukai perubahan gaya bahasa ini.
Nah berkaitan dengan hal ini, ada titipan pertanyaan dari Fred, seorang pembaca di Jakarta, begini: “Saya beranggapan kalau perubahan gaya kepenulisan di tiap-tiap buku serial Supernova adalah karena sengaja untuk menyesuaikan dengan gaya narasi tokoh utama yang menjadi sentral dalam tiap-tiap buku, misalnya Partikel ditulis dalam gaya narasi Zarah, Petir bergaya narasi Elektra, dst. Apa pendapat Dee tentang hal ini?”

D: Pengamatan yang sangat tepat. Untuk konsep serial Supernova, dan gaya penulisan saya secara umum, adalah berserah pada karakter. Mereka yang maju. Bukan saya. Dan konsekuensinya adalah, saya bercerita lewat suara mereka, gaya mereka, preferensi mereka. Bukan Dewi Lestari. Makanya setiap episode berbeda-beda.

KF: Semoga jawaban itu bisa menjawab kekhawatiran para penggemar. ;)
Masih dari Fred, sekalian saja, mungkin pertanyaan dari hampir semua penikmat serial Supernova: “Kalau boleh tahu, kenapa Petir tidak mendapatkan surat dari Supernova ya? xD”

D: Masih rahasia. Akan diungkap belakangan. Ditunggu saja. :)

KF: Membicarakan tentang sumber referensi yang sangat berperan penting dalam membangun dunia Supernova, sumber dari mana yang paling menjadi favorit Dee?

D: Metode favorit saya adalah wawancara dan observasi langsung ke lapangan. Baru riset pustaka. Namun, tidak banyak juga kesempatan wawancara atau observasi langsung yang saya miliki. Akhirnya, hampir semua riset yang saya lakukan, khususnya untuk Partikel, adalah melalui riset pustaka.
Yang juga sangat membantu adalah menonton video, belakangan itu yang saya sering lakukan. Karena kita tidak cuma membaca data, tapi melihat wujud visualnya, jadi nuansanya lebih kaya.
Salah satu yang paling berkesan selama riset Partikel adalah ketika saya bertemu dengan karya-karyanya Paul Stamets tentang fungi, dan juga menonton video-video presentasinya. Selain itu, bisa berkenalan dengan Dr. Birute Galdikas yang bukunya benar-benar menjadi panduan saya untuk menuliskan babak Tanjung Puting.

KF: Bagaimana dengan inspirasi dari penulis lain atau buku? Michael, pembaca dari Jakarta, juga menitipkan pertanyaan ini: “Adakah penulis atau buku tertentu yang mempengaruhi penulisan Supernova: Partikel?”

D: Untuk Partikel saya lebih banyak membaca buku nonfiksi, untuk keperluan riset. Jumlahnya banyak, tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Antara lain adalah karya-karyanya Graham Hancock, Andrew Collins, Paul Stamets, Birute Galdikas, Albert Hoffman, Daniel Pinchbek, dst. Sudah saya tulis di Kata Pengantar.
Secara penulisan, tidak ada yang spesifik. Namun, saya banyak belajar dari beberapa novel luar genre suspense, saya mengamati cara mereka menyusun plot. Sedikit banyak itu mempengaruhi saya dalam penulisan Partikel.

KF: Sebagai tambahan, Michael juga menanyakan, “Saat ini, Dee sangat dipengaruhi oleh penulis siapa?”

D: Fiksi, maksudnya? Tidak ada yang jelas. Karena jarang baca fiksi, saya tidak bisa menunjuk penulis atau buku yang saat ini sangat berpengaruh untuk saya. Nonfiksi sih, banyak. Antara lain yang tadi sudah saya sebutkan di atas. "Dipengaruhi" di sini maknanya adalah saya tertarik dengan apa yang mereka ungkapkan dalam karyanya.

KF: Omong-omong, selain menulis, apa kegiatan sehari-hari Dee yang lain sekarang ini?

D: Sekarang saya sedang nggak menulis. Saya malah sedang beristirahat. Memberikan benak saya rihat setelah menulis intensif hampir setahun. Jeda seperti ini bagi saya penting. Seperti baru melahirkan anak, fisik kita pun harus istirahat total dulu agar bisa pulih seperti sediakala. Demikian juga yang selalu saya lakukan sehabis menulis buku. Saat ini saya sedang menjalankan tur booksigning keliling Indonesia. Ada 15 event yang akan berjalan hingga bulan September. Sekarang baru setengahnya.

KF: Bagaimana cara Dee membagi waktu untuk menulis? Apa ada tips mengenai ini untuk teman-teman yang ingin mulai menulis juga?

D: Tidak ada tips khusus untuk membagi waktu. Saya pun menjalaninya dengan trial and error. Punya deadline akan sangat membantu kita agar disiplin dan punya target waktu yang jelas. Setelah ada deadline, manajemen waktu akan terbentuk dengan sendirinya. Ada yang mungkin menulis harian, atau menulis tiap akhir pekan, bebas saja. Sesuaikan dengan ritme dan aktivitas harian kita. Saya sendiri menggunakan patokan jumlah halaman. Ada jumlah tertentu yang harus saya penuhi setiap harinya.

KF: Itu mungkin bisa menginspirasi teman-teman KasFaners yang masih berjuang untuk melahirkan karya cetak pertamanya. ^^
Lalu apa proyek menulis Dee setelah Supernova: Partikel? Apakah sekarang tengah melanjutkan ke buku kelima, Gelombang, atau mungkin sedang mengerjakan buku lain?

D: Langsung Gelombang. Target saya sekarang adalah menyelesaikan serial Supernova. Jadi, saya tidak mengambil proyek menulis apa pun hingga Supernova selesai. Dan bukan Cuma proyek menulis saja, biasanya saya rihat total dari berbagai pekerjaan non-menulis, termasuk talkshow, promosi, dll. Benar-benar saya seleksi dan sedikit sekali yang saya ambil.

KF: Semoga penulisannya lancar dan pembaca dapat segera menikmati kelanjutan serial ini.
Baiklah, terima kasih banyak, Dee, atas waktunya! ;)


Sumber foto: Internet

Follow akun Twitter Dee: @deelestari

Thanks for reading, all! Jangan lupa beli dan baca bukunya ya! ;)

Sumber from : http://www.goodreads.com/topic/show/866621-supernova?format=html&page=2#comment_57072393
by : fredrik
twitter : @fredriknael


Tidak ada komentar:

Posting Komentar