Minggu, 30 Desember 2012

Opini Relasi Penulis-Pembaca-Kritikus oleh Dewi Lestari (@deelestari)

2001, Supernova 1 rilis. Keisengan saya adalah ngumpulin kliping media selengkap-lengkapnya tentang Supernova 1, termasuk -nya. Ternyata berkahnya banyak. 
Saat itu belum ada sosmed, "sidang" terbesar adalah media. 1 tahun lebih, Supernova 1 melewati sidang demi sidang di media. Hampir semuanya saya baca.
Apa rasanya saat karya debut kita di- habis-habisan di media sebesar Kompas or Tempo? Sakit perut, jek. Tepatnya, kiamat lokal. 
Simultan dengan itu, review positif juga banyak. Bahkan dari media yang sama. Waktu karya kita dipuji gimana rasanya? Hidup indah. Hati berbunga-bunga.
Waktu Supernova 1, kritikus bahkan sahut-sahutan seperti balas pantun. Antara yang menghujat dan yg membela. Dua-duanya dimuat bergantian. Berminggu-minggu.
Mental saya ikutan kayak naik roller coaster, sebentar dilambungkan, kemudian diamblaskan.  
Lalu saya dipertemukan dengan sebuah buku bisnis yg ditulis seorang bhiksu modern: "The Diamond Cutter" - Geshe Michael Roach.
Roach cerita tentang prinsip Buddhisme: segala sesuatu secara inheren bersifat netral. Ga ada yg betulan baik/buruk. Label diciptakan oleh mental.  
Somehow, dengan kondisi perploncoan saat itu, prinsip tersebut jadi sangat relevan dan mencerahkan bagi saya.
Saya senang atau kecewa karena , itu adalah akibat mental saya bereaksi. Bukan karena tersebut memiliki kebenaran tertentu.
Jika itu diterapkan ke semua pihak, kritikus pun tidak punya kebenaran inheren.Yang ia tulis subjektif,refleksi mentalnya atas apa yg ia .  
Pembaca juga tak luput, ia suka/tidak dengan sebuah karya, adalah karena reaksi mentalnya. Ga ada karya secara inheren murni "bagus"/"jelek".
Menyadari itu, "mental grip" saya melonggar. Tidak lagi sakit hati amat kalau di- , tidak bisa lama-lama euforia juga saat dipuji.
Kliping saya setahun lebih pun mencerminkan hal serupa. Setelah saya hitung-hitung, yg suka dan tak suka, jumlahnya nyaris fifty-fifty. Impas.
Sekarang 2012, 11 tahun dan 7 buku sesudah Supernova 1. Realitasnya tetap sama. Ada yg suka dan tidak, dipuji dan di- . Same old, same old. 
Prinsip saya berkarya pun tetap sama: menulis buku yg pegen saya baca, lagu yg pegen saya dengar. Bukan untuk kritikus/penghargaan/jadi bestseller.
Di buku yg kt bilang jelek, tetap ada yg mendapat manfaat dari sana. Buku yang kita sumpah-sumpah bilang bagus, tetap ada yg tidak sependapat.
pun ada yg bermutu, ada yg cuma glorifikasi kesinisan belaka. Dan selalu ada massa yg lantas sepakat atau sebaliknya.
Ada kok yang meski nyelekit, saya masih dapat pelajaran dan manfaat. Yang tong kosong juga banyak,but it's ok. We're just doing our jobs.
So, terimakasih untuk pembaca yang dengan atentif berusaha "membela" karya saya. Percayalah, saya baik-baik saja. Jerawat di hidung lbh ganggu :)  
Untuk semua yg menulis atas karya saya tahun ini juga terimakasih. They say, only the worthy gets the extra punches. I believe that too. 

Sharing ini saya tutup dengan satu pepatah pribadi: "Kritikus menggonggong, penulis nengok bentar, dan kembali berkarya." Peace!

Senin, 10 Desember 2012

Addeection: Rectoverso

Addeection: Rectoverso: Dewi Lestari yang bernama pena Dee, kali ini hadir dengan mahakarya unik dan pertama di Indonesia. "Rectoverso" merupakan hibrida dari fi...

Addeection: Supernova #1 Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

Addeection: Supernova #1 Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh: Dhimas dan Ruben adalah dua orang mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di negeri Paman Sam. Dhimas kuliah di Goerge Washinton University,...

Addeection: Supernova #2 Akar

Addeection: Supernova #2 Akar: Di Bolivia, Gio mendapat kabar bahwa Diva hilang dalam sebuah ekspedisi sungai di pedalaman Amazon. Di Indonesia, perjalanan seorang ana...

Addeection: Supernova #3 Petir

Addeection: Supernova #3 Petir: Tak ada cara untuk menggambarkannya dengan tepat. Tapi coba bayangkan ada sepuluh ribu ikan piranha yang menyergapmu langsung. Kau...

Addeection: Supernova #2 Akar

Addeection: Supernova #2 Akar: Di Bolivia, Gio mendapat kabar bahwa Diva hilang dalam sebuah ekspedisi sungai di pedalaman Amazon. Di Indonesia, perjalanan seorang ana...

Addeection: Supernova #4 Partikel

Addeection: Supernova #4 Partikel: Di pinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung bernama Batu Luhur, seorang anak bernama Zarah, dan adiknya, Hara, dibesarkan secara ti...

Addeection: Kastil Fantasi discussion

Addeection: Kastil Fantasi discussion: Kastil Fantasi presents... The Interview Enjoy! :D Dewi Lestari yang kita kenal dengan nama pena “Dee” telah menerbitkan sejumlah karya y...

Kastil Fantasi discussion

Kastil Fantasi presents...

The Interview

Enjoy! :D



Dewi Lestari yang kita kenal dengan nama pena “Dee” telah menerbitkan sejumlah karya yang mewarnai kesusastraan lokal dalam satu dekade terakhir.
Berakar dari kegiatan menulis untuk buletin sekolah dan membuat cerpen untuk dilombakan, Dee mengawali karier kepenulisannya dengan novel debut Supernova: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh pada tahun 2001. Karya yang fenomenal ini kemudian berkembang menjadi sebuah serial yang telah dicetak ulang sampai puluhan kali, bahkan diterbitkan dalam bahasa asing.



Supernova: Partikel, buku keempat serial Supernova, terbit pada bulan April tahun 2012 ini.
Buku yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka ini berkisah tentang kehidupan Zarah dan pencariannya, selain melanjutkan kisah Bodhi dan Elektra dalam keping terakhirnya.
Buku ini kembali menyajikan nuansa fiksi sains seperti yang pernah dipaparkan dalam buku pertama, meski dengan tema yang berbeda. Partikel juga mempertemukan pembaca kembali dengan elemen-elemen metafisika dan spiritualisme yang menghiasi keseluruhan serial Supernova.
Ada kekuatan semesta yang masih menjadi misteri bagi manusia. Pencarian Zarah, pada hakikatnya, menjadi pencarian kita pula.

Forum Kastil Fantasi berkesempatan mengadakan tanya-jawab eksklusif dengan Dee beberapa waktu lalu.
Selamat menyimak, KasFaners! ;)

======

KasFan (KF): Hai, Dee. Apa kabarnya? :)

Dee (D): Baik. Masih tengah menjalankan tur booksigning keliling Indonesia. :)

KF: Sebelum masuk ke pembicaraan utama tentang Partikel, baiklah kita kembali sejenak ke serial Supernova itu sendiri.
Kalau boleh tahu, sewaktu dulu pertama kali menulis serial ini, apa yang ada dalam bayangan Dee mengenainya?

D: Singkat kata, berbagi apa yang menjadi ketertarikan sekaligus penelusuran pribadi saya. Magnet utama saya dalam menulis adalah spiritualitas. Tema tentang pencarian jati diri dan kontemplasi akan makna kehidupan, keilahian, dan cinta, adalah sesuatu yang menarik buat saya. Dan saya ingin berbagi itu.

KF: Apakah ada ekspektasi tertentu saat itu?

D: Tidak ada ekspektasi saat kali pertama menerbitkan Supernova, sejujurnya saya menulis Supernova hanya untuk menghadiahi diri sendiri kado ulang tahun ke-25. Ada yang baca syukur, enggak juga nggak apa-apa.

KF: Michael, seorang pembaca dari Jakarta, menitipkan pertanyaan seperti ini: “Menurut Dee, genre serial Supernova ini apa?”

D: Tidak tahu. Bagi saya, fiksi atau sastra saja sudah cukup. Saya sendiri tidak terlalu sependapat jika Supernova disebut sci-fi. Benang merah serial Supernova bukan terletak pada sains-nya. Buktinya, di Akar dan Petir, hal tersebut hampir tidak muncul. Yang menjadi benang merah justru penelusuran spiritualnya. Tapi saya merasa, orang-orang menyebutnya sci-fi sebagai simplifikasi saja, atau pengamatan parsial berdasarkan beberapa episode Supernova saja.

KF: Sisi sci-fi Supernova memang kembali mencuat di novel keempat, Partikel, apalagi setelah ada sekelumit pembahasan mengenai unsur kisah yang berasal dari luar angkasa.
Nah, berkaitan dengan novel Partikel sendiri yang melanjutkan serial ini, apakah ada pesan khusus yang ingin disampaikan Dee? Pesan moral misalnya?

D: Saya bukan penulis yang suka dengan pesan moral. Saya tidak suka bacaan yang disisipi pesan-pesan moral. Saya suka bacaan yang membuat orang terusik, bertanya, mencari, merenung, dan bukan pasif menerima. Demikian juga ketika saya menulis Supernova, termasuk Partikel, saya tidak berniat memberikan pesan moral, melainkan mengungkapkan banyak pertanyaan tentang asal-usul manusia, relasi manusia dengan lingkungan, dan seterusnya. Bagaimana pembaca menyikapinya, menurut saya itu akan tergantung keingintahuan mereka sendiri, dan saya tidak punya kendali atasnya.

KF: Partikel menceritakan tentang tokoh Zarah yang mengalami berbagai peristiwa yang membawanya berpetualang ke berbagai pelosok dunia dalam pencariannya. Apakah Zarah adalah tokoh fiktif?

D: Iya.

KF: Karakter Zarah ini sendiri sepertinya berakhir dengan cukup mendua dalam hati pembaca karena ada yang menyukainya dan ada juga yang merasa risih dengan beberapa keputusan yang diambil oleh Zarah ya.
Bagaimana dengan Dee sendiri, siapa karakter terfavorit Dee di Supernova: Partikel?

D: Saya paling suka dengan Firas. Dia mewakili orang-orang yang terpinggirkan di masyarakat, yang karena kecerdasan dan rasa ingin tahunya, mengakibatkan ia menjadi sosok yang tidak konvensional, akibatnya ia terlihat begitu kontras dengan lingkungannya. Saya juga sangat menyukai Zachary Nolan, ia adalah sosok yang bisa menjadi sahabat saya di dunia nyata.

KF: Apakah ada adegan atau plot yang menjadi favorit Dee?

D: Adegan yang sangat meninggalkan kesan bagi saya adalah kelahiran Adek. Adegan itu sangat mencekam saya, dan itulah kali pertama saya meneteskan air mata dalam proses menulis Partikel.

KF: Sosok Adek dan Firas berkaitan erat dengan masa kecil Zarah di Batu Luhur, dan mau tidak mau semuanya sangat terpengaruh dengan keberadaan Bukit Jambul yang mistis. Bukit Jambul mungkin merupakan salah satu lokasi yang paling meninggalkan kesan dalam hati pembaca setelah membaca buku ini .... Apakah mungkin keberadaan Bukit Jambul terinspirasi setelah Dee menonton Tintin? xD

D: Sama sekali tidak. Dengar dari mana, ya?
Bukit Jambul secara fisik saya ambil dari sebuah bukit yang sering saya lewati di perjalanan Bandung-Jakarta. Di kilometer 90-an Tol Cipularang, ada sebuah bukit yang berbeda sendiri dari bukit-bukit sekitarnya. Pohonnya tua dan besar-besar. Saya sering mengamati dan penasaran, bagaimana bisa dia beda sendiri? Kenapa tidak dijadikan ladang seperti bukit sekitarnya? Lalu, saya menamainya dalam hati: Bukit Jambul. Itulah yang kemudian saya ambil. Sementara untuk fenomena Bukit Jambul di dalam Partikel itu sih murni imajinasi, saya ciptakan untuk kebutuhan plot.

KF: Aah, rupanya tidak ada hubungannya. :D
Beralih ke gaya bahasa yang dipakai Dee, sepertinya ada semacam kekecewaan dari sejumlah penggemar serial Supernova yang menunggu-nunggu kembalinya gaya narasi yang khas Dee di buku pertama, meskipun tidak dapat dipungkiri kalau ada juga yang menyukai perubahan gaya bahasa ini.
Nah berkaitan dengan hal ini, ada titipan pertanyaan dari Fred, seorang pembaca di Jakarta, begini: “Saya beranggapan kalau perubahan gaya kepenulisan di tiap-tiap buku serial Supernova adalah karena sengaja untuk menyesuaikan dengan gaya narasi tokoh utama yang menjadi sentral dalam tiap-tiap buku, misalnya Partikel ditulis dalam gaya narasi Zarah, Petir bergaya narasi Elektra, dst. Apa pendapat Dee tentang hal ini?”

D: Pengamatan yang sangat tepat. Untuk konsep serial Supernova, dan gaya penulisan saya secara umum, adalah berserah pada karakter. Mereka yang maju. Bukan saya. Dan konsekuensinya adalah, saya bercerita lewat suara mereka, gaya mereka, preferensi mereka. Bukan Dewi Lestari. Makanya setiap episode berbeda-beda.

KF: Semoga jawaban itu bisa menjawab kekhawatiran para penggemar. ;)
Masih dari Fred, sekalian saja, mungkin pertanyaan dari hampir semua penikmat serial Supernova: “Kalau boleh tahu, kenapa Petir tidak mendapatkan surat dari Supernova ya? xD”

D: Masih rahasia. Akan diungkap belakangan. Ditunggu saja. :)

KF: Membicarakan tentang sumber referensi yang sangat berperan penting dalam membangun dunia Supernova, sumber dari mana yang paling menjadi favorit Dee?

D: Metode favorit saya adalah wawancara dan observasi langsung ke lapangan. Baru riset pustaka. Namun, tidak banyak juga kesempatan wawancara atau observasi langsung yang saya miliki. Akhirnya, hampir semua riset yang saya lakukan, khususnya untuk Partikel, adalah melalui riset pustaka.
Yang juga sangat membantu adalah menonton video, belakangan itu yang saya sering lakukan. Karena kita tidak cuma membaca data, tapi melihat wujud visualnya, jadi nuansanya lebih kaya.
Salah satu yang paling berkesan selama riset Partikel adalah ketika saya bertemu dengan karya-karyanya Paul Stamets tentang fungi, dan juga menonton video-video presentasinya. Selain itu, bisa berkenalan dengan Dr. Birute Galdikas yang bukunya benar-benar menjadi panduan saya untuk menuliskan babak Tanjung Puting.

KF: Bagaimana dengan inspirasi dari penulis lain atau buku? Michael, pembaca dari Jakarta, juga menitipkan pertanyaan ini: “Adakah penulis atau buku tertentu yang mempengaruhi penulisan Supernova: Partikel?”

D: Untuk Partikel saya lebih banyak membaca buku nonfiksi, untuk keperluan riset. Jumlahnya banyak, tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Antara lain adalah karya-karyanya Graham Hancock, Andrew Collins, Paul Stamets, Birute Galdikas, Albert Hoffman, Daniel Pinchbek, dst. Sudah saya tulis di Kata Pengantar.
Secara penulisan, tidak ada yang spesifik. Namun, saya banyak belajar dari beberapa novel luar genre suspense, saya mengamati cara mereka menyusun plot. Sedikit banyak itu mempengaruhi saya dalam penulisan Partikel.

KF: Sebagai tambahan, Michael juga menanyakan, “Saat ini, Dee sangat dipengaruhi oleh penulis siapa?”

D: Fiksi, maksudnya? Tidak ada yang jelas. Karena jarang baca fiksi, saya tidak bisa menunjuk penulis atau buku yang saat ini sangat berpengaruh untuk saya. Nonfiksi sih, banyak. Antara lain yang tadi sudah saya sebutkan di atas. "Dipengaruhi" di sini maknanya adalah saya tertarik dengan apa yang mereka ungkapkan dalam karyanya.

KF: Omong-omong, selain menulis, apa kegiatan sehari-hari Dee yang lain sekarang ini?

D: Sekarang saya sedang nggak menulis. Saya malah sedang beristirahat. Memberikan benak saya rihat setelah menulis intensif hampir setahun. Jeda seperti ini bagi saya penting. Seperti baru melahirkan anak, fisik kita pun harus istirahat total dulu agar bisa pulih seperti sediakala. Demikian juga yang selalu saya lakukan sehabis menulis buku. Saat ini saya sedang menjalankan tur booksigning keliling Indonesia. Ada 15 event yang akan berjalan hingga bulan September. Sekarang baru setengahnya.

KF: Bagaimana cara Dee membagi waktu untuk menulis? Apa ada tips mengenai ini untuk teman-teman yang ingin mulai menulis juga?

D: Tidak ada tips khusus untuk membagi waktu. Saya pun menjalaninya dengan trial and error. Punya deadline akan sangat membantu kita agar disiplin dan punya target waktu yang jelas. Setelah ada deadline, manajemen waktu akan terbentuk dengan sendirinya. Ada yang mungkin menulis harian, atau menulis tiap akhir pekan, bebas saja. Sesuaikan dengan ritme dan aktivitas harian kita. Saya sendiri menggunakan patokan jumlah halaman. Ada jumlah tertentu yang harus saya penuhi setiap harinya.

KF: Itu mungkin bisa menginspirasi teman-teman KasFaners yang masih berjuang untuk melahirkan karya cetak pertamanya. ^^
Lalu apa proyek menulis Dee setelah Supernova: Partikel? Apakah sekarang tengah melanjutkan ke buku kelima, Gelombang, atau mungkin sedang mengerjakan buku lain?

D: Langsung Gelombang. Target saya sekarang adalah menyelesaikan serial Supernova. Jadi, saya tidak mengambil proyek menulis apa pun hingga Supernova selesai. Dan bukan Cuma proyek menulis saja, biasanya saya rihat total dari berbagai pekerjaan non-menulis, termasuk talkshow, promosi, dll. Benar-benar saya seleksi dan sedikit sekali yang saya ambil.

KF: Semoga penulisannya lancar dan pembaca dapat segera menikmati kelanjutan serial ini.
Baiklah, terima kasih banyak, Dee, atas waktunya! ;)


Sumber foto: Internet

Follow akun Twitter Dee: @deelestari

Thanks for reading, all! Jangan lupa beli dan baca bukunya ya! ;)

Sumber from : http://www.goodreads.com/topic/show/866621-supernova?format=html&page=2#comment_57072393
by : fredrik
twitter : @fredriknael


Kamis, 06 Desember 2012

Supernova #4 Partikel




Di pinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung bernama Batu Luhur, seorang anak bernama Zarah, dan adiknya, Hara, dibesarkan secara tidak konvensional oleh ayahnya, dosen sekaligus ahli mikologi bernama Firas. Cara Firas mendidik anak-anaknya mengundang pertentangan dari keluarganya sendiri.

Di balik itu semua, masih tersimpan berlapis misteri, di antaranya hubungan khusus Firas dan sebuah tempat angker yang ditakuti warga kampung. Tragedi demi tragedi yang menimpa keluarganya akhirnya membawa Zarah ke sebuah pelarian sekaligus pencarian panjang.

Di konservasi orang utanTanjung Puting, Zarah menemukan keluarga baru dan kedekatannya kembali dengan alam. Namun, bakat fotografinya membawa Zarah lebih jauh dari yang ia duga. Di London, tempat Zarah akhirnya bermarkas, ia menemukan segalanya. Cinta, persahabatan, pengkhianatan. Termasuk petunjuk penting yang membawa titik terang bagi pencariannya.

Sementara itu, di Kota Bandung, Elektra dan Bodhi akhirnya bertemu. Secara bersamaan, keduanya mulai mengingat siapa diri mereka sesungguhnya.

Supernova #3 Petir





Tak ada cara untuk menggambarkannya dengan tepat. Tapi coba bayangkan ada sepuluh ribu ikan piranha yang menyergapmu langsung. Kau tak mungkin berpikir. Tak mungin mengucapkan kalimat perpisahan apalagi membacakan wasiat. Lupakan untuk berpisah dengan manis dan mesra seperti di film-film.
Listrik membunuhmu dengan sensasi. Begitu dashyatnya. engkau hanya mampu terkulai lemas.
Engkau mati tergoda.

Supernova #2 Akar


Di Bolivia, Gio mendapat kabar bahwa Diva hilang dalam sebuah ekspedisi sungai di pedalaman Amazon. Di Indonesia, perjalanan seorang anak yatim piatu bernama Bodhi dimulai. Bodhi, yang dibesarkan di wihara oleh Guru Liong, akhirnya meninggalkan tempat ia dibesarkan dan bertualang ke Asia Tenggara. Di Bangkok, ia bertemu dengan pria eksentrik bernama Kell yang mengajarinya seni tato.

Setelah melalui petualangan yang berliku di berbagai negara, Bodhi akhirnya kembali ke Indonesia. Ia dipertemukan dengan tokoh punk karismatik bernama Bong. Sejak itu, Bodhi menjadi bagian dari komunitas punk dengan perannya sebagai seniman tato.

sebuah surat misterius yang ditemukan secara tidak sengaja oleh Bodhi kembali membawanya ke gerbang petualangan baru.

Supernova #1 Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh


Dhimas dan Ruben adalah dua orang mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di negeri Paman Sam. Dhimas kuliah di Goerge Washinton University, dan Ruben di John Hopkins Medical School. Mereka bertemu dalam suatu pesta yang meriah, yang diadakan oleh perkumpulan mahasiswa yang bersekolah di Amrik. Pertama kali bertemu mereke terlibat dalam percakapan yang saling menyudutkan satu samalain, hal tersebut dikarenakan oleh latar belakang mereka, Dhimas berasal dari kalangan The have, sedangkan Ruben, mahasiswa beasiswa. Tetapi setelah Ruben mencoba serotonin, mereka menjadi akrab membincangkan permasalahan iptek, saint, sampai acara buka-bukaan bahwa Ruben adalah seorang gay. Ternyata tak disangka-sangka bahwa Dhimas juga adalah seorang gay. Maka jadilah mereka sepasang kekasih, meskipun mereka tidak pernah serumah dalam satu apartemen. Bila ditanya mereka menjawab supaya bisa tetap kangen, tetap butuh usaha bila ingin bertemu satu sama lainnya. Dalam pertemuan di pesta tersebut mereka telah berikrar akan membuat satu karya. Satu masterpiece. Satu tulisan atau riset yang membantu menjembatani semua percabangan sains. Roman yang berdimensi luas dan mampu menggerakkan hati banyak orang

cerita di balik 4 simbol cover Supernova




Rabu, 05 Desember 2012

Rectoverso

Dewi Lestari yang bernama pena Dee, kali ini hadir dengan mahakarya unik dan pertama di Indonesia. "Rectoverso" merupakan hibrida dari fiksi dan musik, terdiri dari sebelas cerita pendek dan sebelas lagu yang bisa dinikmati secara terpisah maupun bersama-sama. Keduanya saling melengkapi bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri tapi sesungguhnya merupakan satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang ia ekspresikan dalam napas kreatifitas tunggal bertajuk "Rectoverso". Dengar fiksinya. Baca musiknya. Lengkapi penghayatan anda dan temukanlah sebuah pengalaman baru.


Rectoverso juga akan diangkat ke layar lebar, merupakan film omnibus yang diambil dari beberapa cerita di novel "Rectoverso" karya Dee yang disutradarai oleh lima perempuan yang menyutradarai masing-masing satu kisah dalam film ini, yakni Olga Lydia (Curhat Buat Sahabat), Cathy Sharon (Cicak di Dinding), Marcella Zalianty (Malaikat Juga Tahu), Happy Salma (Hanya Isyarat), dan Rachel Maryam (Firasat). Rencananya, Film omnibus tersebut akan tayang pada 14 Februari 2013 mendatang.

Rectoverso Trailer, check this out!

Curhat Buat Sahabat



Firasat



Malaikat Juga Tahu



Hanya Isyarat 



Cicak di Dinding






Filosofi Kopi


Cerita utama dalam buku Filosofi Kopi bercerita tentang Ben dan Jody. Ben merupakan seorang barista yang handal dalam meramu kopi. Bersama Jody, dia mendirikan suatu kedai kopi yang disebut Filosofi Kopi Temukan Diri Anda Di Sini.

Ben memberikan sebuah deskripsi singkat mengenai filosofi kopi dari setiap ramuan kopi yang disuguhkannya di kedai tersebut. Kedai tersebut menjadi sangat ramai dan penuh pengunjung. Suatu hari, seorang pria kaya menantang Ben untuk membuat sebuah ramuan kopi yang apabila diminum akan membuat kita menahan napas saking takjubnya, dan cuma bisa berkata: hidup ini sempurna, dan Ben berhasil membuatnya. Ramuan kopi yang disebut Ben's Perfecto tersebut menjadi yang minuman terenak hingga seorang pria datang dan mengatakan bahwa rasa kopi tersebut hanya "lumayan enak" dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di suatu lokasi di Jawa Tengah.

Ben dan Jody yang penasaran langsung menuju lokasi tersebut dan mereka menemukan secangkir kopi tiwus yang disuguhkan oleh pemilik warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody meminum kopi tersebut tanpa berbicara sedikitpun, dan hanya meneguk serta menerima tuangan kopi yang disuguhkan oleh pemilik warung tersebut. Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna dan ada cerita serta filosofi yang menarik dari kopi tersebut. Ben yang merasa gagal kembali ke Jakarta dan putus asa. Untuk mencari tahu cara menghibur temannya, Jody kembali menemui pemilik warung di Jawa Tengah tersebut dan sepulangnya dari sana, dia menghidangkan Ben segelas Kopi Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, dia menmberikan sebuah kartu bertuliskan "Kopi yang Anda minum hari ini Adalah: "Kopi Tiwus. Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya". Pada akhirnya Ben sadar bahwa dia selama ini mengambil jalan hidup yang salah, dan Ben juga sadar bahwa hidup ini tidak ada yang sempurna. Dengan demikian Ben kembali sadar dan melanjutkan perjuangan serta hobinya di kedai filosofi kopi.

Madre


Madre adalah kumpulan 13 cerita hasil karya Dee selama lima tahun. Berbagai cerita manis dan getir yang dapat membuat kita termenung, seperti kisah Madre berikut ini.

Madre dalam bahasa Spanyol berarti ibu. Entah mengapa nenek Lakshmi yang menciptakan Madre memberi nama sebuah adonan kue dengan nama itu. Mungkin karena Madre adalah ibunda dari segala adonan yang ada di Toko Roti Tan de Bakker. Tapi kenapa harus bahasa Spanyol dan bukan bahasa India yang adalah bahasa ibu dari nenek Lakshmi?

Kini nasib Madre berada dipersimpangan jalan. Apakah ia akan diberikan ke pemilik baru atau tetap berada di tangan pewaris toko yang bernamaTansen? Ini bukan sekedar secuil cerita dari hidup Madre, tapi juga tentang peralihan nasib dan semua resiko kehidupan yang harus siap dihadapi apapun pilihannya.

Masih ada lagi cerita tentang kegalauan hati saat harus memilih cinta atau persahabatan, percakapan antara seorang bunda dengan janin di perutnya, reinkarnasi, kemerdekaan yang sejati, dan sebagainya.

Temukan kisah Madre dari sudut pandangmu sendiri.


Perahu Kertas




Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu. ... Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu. ... Dan kini mereka berhadapan di antara hamparan misteri dan rintangan. Akankah dongeng dan lukisan itu bersatu? Akankah hati dan impian mereka bertemu?


Perahu Kertas juga diangkat ke layar lebar, dirilis pada 16 Agustus 2012. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan dibintangi oleh Maudy Ayunda berpasangan dengan Adipati Dolken. Film ini cukup sukses dan menarik banyak perhatian masyarakat di kalangan remaja. 

Bagi kamu yang ingin dapetin merchandisenya perahu kertas bisa klik link ini perahukertas.com


Perahu Kertas 1 Trailer




Perahu Kertas 2 Trailer




Behind The Scene Perahu Kertas 1




Behind The Scene Perahu Kertas 2